Sabtu, 11 Februari 2017

Anak Sahabatku

Gue punya sahabat namanya
Olla kami jarang bertemu atau berjumpa sejak
kami sudah berkeluarga hingga anak kami
bertumbuhya dewasa tapi kami selalu telpon
atau sms menanyakan kabar jadi jalinan
persahabatan kami masih berlanjut sampai
sekarang, ada saja yang kami bicarakan dari
tanya kabar anaknya, orang tuaya dan lain
sebagainya.

Pada hari sabtu pagi Olla menelponku katanya
dia habis pulang dari Magelang kota
kelahirannya dia membawakan oleh oleh kecil
untuk keluargaku.

Katanya Anaknya yang bernama Riko akan
mengahantarkan oleh olehnya kerumahku
kalau aku tidak keluar,

Ah terimakasih Olla sudah mengasih oleh
oleh. Pasti dia membawa gethuk kesukaanku
khas makanan magelang, gue pun tidak
keluar menunggu kedatangan Riko kerumahku,
yang mana hampir 15 tahun aku tidak pernah
melihat Riko.

Malam itu Datanglah yang memakai mobil
Jeep masuk kedalam rumahku, kuintip dari
jendela. Dua orang anak tanggung turun dari
jeep itu. Mungkin si Riko datang bersama
temannya. Ah, jangkung bener anak Olla. Gue
buka pintu. Dengan sebuah bingkisan si Riko
naik ke teras rumah

“Selamat siang, Tante. Ini titipan mama untuk
Tante Erna. Kenalin ini Bonny teman saya,
Tante”. Riko menyerahkan kiriman dari
mamanya dan mengenalkan temannya
padaku. Gue sambut gembira mereka.

Oleh-oleh Olla dan langsung Gue simpan di
lemari es-ku biar nggak basi. Gue terpesona
saat melihat anak Olla yang sudah demikian
gede dan jangkung itu. Dengan gaya pakaian
dan rambutnya yang trendy sungguh keren
anak sahabatku ini.

Demikian pula si Donny temannya, mereka
berdua adalah pemuda-pemuda masa kini
yang sangat tampan dan simpatik. Ah, anak
jaman sekarang, mungkin karena pola
makannya sudah maju pertumbuhan mereka
jadi subur. Mereka Gue ajak masuk ke rumah.
Kubuatkan minuman untuk mereka.

Kuperhatikan mata si Donny agak nakal, dia
pelototi bahuku, buah dadaku, leherku.
Matanya mengikuti apapun yang sedang Gue
lakukan, saat Gue jalan, saat Gue ngomong,
saat Gue mengambil sesuatu.

Ah, maklum anak laki-laki, kalau lihat
perempuan yang agak melek, biar sudah tuaan
macam Gue ini, tetap saja matanya melotot.
Dia juga pinter ngomong lucu dan banyak
nyerempet-nyerempet ke masalah seksual.
Dan si Riko sendiri senang dengan omongan
dan kelakar temannya. Dia juga suka
nimbrung, nambahin lucu sambil melempar
senyuman manisnya.

Kami jadi banyak tertawa dan cepat saling
akrab. Terus terang Gue senang dengan
mereka berdua. Dan tiba-tiba Gue merasa
berlGue aneh, apakah ini karena naluri
perempuanku atau dasar genitku yang nggak
pernah hilang sejak masih gadis dulu, hingga
teman-temanku sering menyebutku sebagai
perempuan gatal. Dan kini naluri genit macam
itu tiba-tiba kembali hadir

Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si
Donny yang seakan-akan memberikan celah
padaku untuk mengulangi peristiwa-peristiwa
masa muda. Peristiwa-peristiwa penuh birahi
yang selalu mendebarkan jantung dan hatiku.

Ah, dasar perempuan tua yang nggak tahu
diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi
gebu libidoku ini demikian cepat menyeruak
ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku
yang langsung terasa bengap kemerahan
menahan gejolak birahi mengingat masa
laluku itu.

“Tante, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena
ngelamun, lho”. Kami kembali terbahak
mendengar kelakar Riko. Dan kulihat mata
Donny terus menunjukkan minatnya pada
bagian-bagian tubuhku yang masih mulus ini.

Dan Gue tidak heran kalau anak-anak muda
macam Donny dan Riko ini demen menikmati
penampilanku. Walaupun usiaku yang
memasuki tahun ke 42 Gue tetap “fresh” dan
“good looking”. Gue memang suka merawat
tubuhku sejak muda.

Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan
pada bagian-bagian tubuhku. Kalau Gue jalan
sama Oke, suamiku, banyak yang mengira
Gue anaknya atau bahkan “piaraan”nya.
Kurang asem, tuh orang.

Dan suamiku sendiri sangat membanggakan
kecantikkanku. Kalau dia berkesempatan
untuk membicarakan istrinya, seakan-akan
memberi iming-iming pada para
pendengarnya hingga Gue tersipu walaupun
dipenuhi rasa bangga dalam hatiku.

Beberapa teman suamiku nampak sering
tergoda untuk mencuri pandang padaku. Tiba-
tiba Gue ada ide untuk menahan kedua anak
ini.

“Hai, bagaimana kalau kalian makan siang di
sini. Gue punya resep masakan yang
gampang, cepat dan sedap. Sementara Gue
masak kamu bisa ngobrol, baca tuh majalah
atau pakai tuh, komputer si oom. Kamu bisa
main game, internet atau apa lainnya. Tapi
jangan cari yang ‘enggak-enggak’, ya..”, Gue
tawarkan makan siang pada mereka.

Tanpa konsultasi dengan temannya si Donny
langsung iya saja. Gue tahu mata Donny ingin
menikmati sensual tubuhku lebih lama lagi.

Si Riko ngikut saja apa kata Donny.
Sementara mereka buka komputer Gue ke
dapur mempersiapkan masakanku. Gue
sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu
Donny sudah berada di belakangku. Dia
menanyaiku, “Tante dulu teman kuliah
mamanya Riko, ya. Kok kayanya jauh banget,
sih?”.

“Apanya yang jauh?, Gue tahu maksud
pertanyaan Donny.
“Iya, Tante pantesnya se-umur dengan teman-
temanku”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal,
sih, Don”.
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh,
sama Riko”, lanjutnya sambil melototi
pahaku.
“Tante hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin dan scuba diving,
makan sea food, makan sayuran, nonton
Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yang pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Tante masih mulus banget”.

Kurang asem Donny ini, tanpa kusadari dia
menggiring Gue untuk mendapatkan peluang
melontarkan kata-kata “body Tante masih
mulus banget” pada tubuhku. Tetapi Gue tak
akan pernah menyesal akan giringan Donny
ini.

Dan reaksi naluriku langsung membuat
darahku terasa serr.., libidoku muncul
terdongkrak. Setapak demi setapak Gue
merasa ada yang bergerak maju. Donny sudah
menunjukkan keberaniannya untuk mendekat
ke Gue dan punya jalan untuk mengungkapkan
kenakalan ke-lelakian-nya.

“Ah, mata kamu saja yang keranjang”,
jawabku yang langsung membuatnya tergelak-
gelak.
“Papa kamu, ya, yang ngajarin?, lanjutku.
“Ah, Tante, masak kaya gitu aja mesti
diajarin”.
Ah, cerdasnya anak ini, kembali Gue merasa
tergiring dan akhirnya terjebak oleh
pertanyaanku sendiri.

“Memangnya pinter dengan sendirinya?”,
lanjutku yang kepingin terjebak lagi.
“Iya, dong, Tante. Gue belum pernah dengar
ada orang yang ngajari gitu-gitu-an”.
Ah, kata-kata giringannya muncul lagi, dan
dengan senang hati kugiringkan diriku.
“Gitu-gituan gimana, sih, Don sayang?”,
jawabku lebih progresif.
“Hoo, bener sayang, nih?”, sigap Donny.
“Habis kamu bawel, sih”, sergahku.
“Sudah sana, temenin si Riko tuh, n’tar dia
kesepian”, lanjutku.

“Si Riko, mah, senengnya cuma nonton”,
jawabnya.
“Kalau kamu?”, sergahku kembali.
“Kalau saya, action, Tante sayang”, balas
sayangnya.
“Ya, sudah, kalau mau action, tuh ulek bumbu
tumis di cobek, biar masakannya cepet
mateng”, ujarku sambil memukulnya dengan
manis.
“Oo, beres, Tante sayang”, dia tak pernah
mengendorkan serangannya padaku.

Kemudian dia menghampiri cobekku yang
sudah penuh dengan bumbu yang siap di-ulek.
Beberapa saat kemudian Gue mendekat ke
dia untuk melihat hasil ulekannya.
“Uh, baunya sedap banget, nih, Tante. Ini bau
bumbu yang mirip Tante atau bau Tante yang
mirip bumbu?”.

Kurang asem, kreatif banget nih anak, sambil
ketawa ngakak kucubit pinggangnya keras-
keras hingga dia aduh-aduhan. Seketika
tangannya melepas pengulekan dan menarik
tanganku dari cubitan di pinggangnya itu.

Saat terlepas tangannya masih tetap
menggenggam tanganku, dia melihat ke
matGue. Ah, pandangannya itu membuat Gue
gemetar. Akankah dia berani berbuat lebih
jauh? Akankah dia yakin bahwa Gue juga
merindukan kesempatan macam ini? Akankah
dia akan mengisi gejolak hausku?
Petualanganku? Nafsu birahiku?
Gue tidak memerlukan jawaban terlampau
lama. Bibir Donny sudah mendarat di bibirku.
Kini kami sudah berpagutan dan kemudian
saling melumat. Dan tangan-tangan kami
saling berpeluk. Dan tanganku meraih
kepalanya serta mengelusi rambutnya.

Dan tangan Donny mulai bergeser menerobos
masuk ke blusku. Dan tangan-tangan itu juga
menerobosi BH-ku untuk kemudian meremasi
payudarGue. Dan Gue mengeluarkan desahan
nikmat yang tak terhingga. Nikmat kerinduan
birahi menggauli anak muda yang seusia
anakku, 22 tahun di bawah usiaku.

“Tante, Gue nafsu banget lihat body Tante.
Gue pengin menciumi body Tante. Gue pengin
menjilati body Tante. Gue ingin menjilati
nonok Tante. Gue ingin ngentot Tante”.
Ah, seronoknya mulutnya. Kata-kata seronok
Donny melahirkan sebuah sensasi erotik yang
membuat Gue menggelinjang hebat.
Kutekankan selangkanganku mepet ke
selangkangnnya hingga kurasakan ada
jendolan panas yang mengganjal. Pasti kontol
Donny sudah ngaceng banget.

Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan
tonjolannya lebih dalam lagi. Donny
mengerang.Dengan tidak sabaran dia angkat
dan lepaskan blusku. Sementara blus masih
menutupi kepalGue bibirnya sudah mendarat
ke ketiakku.

Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian
kanannya. Gue merasakan nikmat di sekujur
urat-uratku. Donny menjadi sangat liar,
maklum anak muda, dia melepaskan gigitan
dan kecupannya dari ketiak ke dadaku.

Dia kuak BH-ku dan keluarkan buah dadaku
yang masih nampak ranum. Dia isep-isep
bukit dan pentilnya dengan penuh nafsu.
Suara-suara erangannya terus mengiringi
setiap sedotan, jilatan dan gigitannya.
Sementara itu tangannya mulai merambah ke
pahaku, ke selangkanganku. Dia lepaskan
kancing-kancing kemudian dia perosotkan
hotpants-ku. Gue tak mampu mengelak dan
Gue memang tak akan mengelak.

Birahiku sendiri sekarang sudah terbakar
hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah
melanda dan menghanyutkan Gue. Yang bisa
kulakukan hanyalah mendesah dan merintih
menanggung derita dan siksa nikmat birahiku.
Begitu hotpants-ku merosot ke kaki, Donny
langsung setengah jongkok menciumi celana
dalamku. Dia kenyoti hingga basah kuyup
oleh ludahnya. Dengan nafsu besarnya yang
kurang sabaran tangannya memerosotkan
celana dalamku. Kini bibir dan lidahnya
menyergap vagina, bibir dan kelentitku. Gue
jadi ikutan tidak sabar.

“Donny, Tante udah gatal banget, nih”.
“Copot dong celanamu, Gue pengin menciumi
kamu punya, kan”.
Dan tanpa protes dia langsung berdiri
melepaskan celana panjang berikut celana
dalamnya. kontolnya yang ngaceng berat
langsung mengayun seakan mau nonjok Gue.
Kini Gue ganti yang setengah jongkok,
kukulum kontolnya.

Dengan sepenuh nafsuku Gue jilati ujungnya
yang sobek merekah menampilkan lubang
kencingnya. Gue merasakan precum asinnya
saat Donny menggerakkan pantatnya ngentot
mulutku. Gue raih pahanya biar arah kontolnya
tepat ke lubang mulutku.

“Tante, Gue pengin ngentot memek Tante
sekarang”. Gue tidak tahu maunya, belum
juga Gue puas mengulum kontolnya dia
angkat tubuhku. Dia angkat satu kakiku ke
meja dapur hingga nonokku terbuka.
Kemudian dia tusukkannya kontolnya yang
lumayan gede itu ke memekku.

Gue menjerit tertahan, sudah lebih dari 3
bulan Oke, suamiku nggak nyenggol-nyenggol
Gue. Yang sibuklah, yang rapatlah, yang
golflah. Terlampau banyak alasan untuk
memberikan waktunya padaku.

Kini kegatalan kemaluanku terobati, Kocokkan
kontol Donny tanpa kenal henti dan semakin
cepat. Anak muda ini maunya serba cepat.
Gue rasa sebentar lagi spermanya pasti
muncrat, sementara Gue masih belum
sepenuhnya puas dengan entotannya.

Gue harus menunda agar nafsu Donny lebih
terarah. Gue cepat tarik kemaluanku dari
tusukkannya, Gue berbalik sedikit nungging
dengan tanganku bertumpu pada tepian meja.
Gue pengin dan mau Donny nembak nonokku
dari arah belakang. Ini adalah gaya favoritku.

Biasanya Gue akan cepat orgasme saat
dientot suamiku dengan cara ini. Donny tidak
perlu menunggu permintaanku yang kedua.
kontolnya langsung di desakkan ke memekku
yang telah siap untuk melahap kontolnya
itu.

Nah, Gue merasakan enaknya kontol Donny
sekarang. Pompaannya juga lebih mantab
dengan pantatku yang terus mengimbangi dan
menjemput setiap tusukan kontolnya. Ruang
dapur jadi riuh rendah.

Selintas terpikir olehku, di mana si Riko.
Apakah dia masih berkutat dengan
komputernya? Atau dia sedang mengintip
kami barangkali? Tiba-tiba dalam ayunan
kontolnya yang sudah demikian keras dan
berirama Donny berteriak.

“Dang, Riko, ayoo, bantuin Gue .., Dang..”.
Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan
mereka memang melakukan konspirasi untuk
mengentotku saat ada kesempatan disuruh
mamanya untuk mengirimkan oleh-oleh itu.
Kemudian kulihat Riko dengan tenangnya
muncul menuju ke dapur dan berkata ke
Donny
“Gue kebagian apanya Don?’

“Tuh, lu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”.

Duh, kata-kata seronok yang mereka ucapkan
dengan kesan seolah-olah Gue ini hanya
obyek mereka. Dan anehnya ucapan-ucapan
yang sangat tidak santun itu demikian
merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik
dalam khayalku. Gue langsung
membayangkan seolah-olah Gue ini anjing
mereka yang siap melayani apapun kehendak
pemiliknya.

Gue melenguh keras-keras untuk merespon
gaya mereka itu. Kulihat dengan tenangnya
Riko mencopoti celananya sendiri dan lantas
meraih kepalGue dengan tangan kirinya,
dijambaknya rambutku tanpa menunjukkan
rasa hormat padaku yang adalah teman
mamanya itu.

Untuk kemudian ditariknya mendekat ke
kontolnya yang telah siap dalam genggaman
tangan kanannya. kontol Riko nampak
kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur
besar diujung batangnya.

Saat bibirku disentuhkannya aroma kontolnya
menyergap hidungku yang langsung membuat
Gue kelimpungan untuk selekasnya
mencaplok kontol itu. Dengan penuh kegilaan
Gue lumati, jilati kulum, gigiti kepalanya,
batangnya, pangkalnya, biji pelernya.

Tangan Riko terus mengendalikan kepalGue
mengikuti keinginannya. Terkadang dia buat
maju mundur agar mulutku memompa,
terkadang dia tarik keluar kontolnya
menekankan batangnya atau pelirnya agar Gue
menjilatinya.

Duh, Gue mendapatkan sensasi kenikmatan
seksualku yang sungguh luar biasa.
Sementara di belakang sana si Donny terus
menggenjotkan kontolnya keluar masuk
menembusi nonoknya sambil jari-jarinya
mengutik-utik dan disogok-sogokkannya ke
lubang pantatku yang belum pernah Gue
mengalami cara macam itu. Oke, suamiku
adalah lelaki konvensional.

Saat dia menggauliku dia lakukan secara
konvensional saja. Sehingga saat Gue
merasakan bagaimana perbuatan teman dan
anak sahabatku ini Gue merasakan adanya
sensasi baru yang benar-benar hebat melanda
Gue.

Kini 3 lubang erotis yang ada padaku semua
dijejali oleh nafsu birahi mereka. Gue benar-
benar jadi lupa segala-galanya. Gue
mengenjot-enjot pantatku untuk menjemputi
kontol dan jari-jari tangan Donny dan
mengangguk-anggukkan kepalGue untuk
memompa kontol Riko.

“Ah, Tante, mulut Tante sedap banget, sih.
Enak kan, kontolku. Enak, kan? Sama kontol
Oom enak mana? N’tar Tante pasti minta lagi,
nih”
Dia percepat kendali tangannya pada
kepalGue. Ludahku sudah membusa keluar
dai mulutku. kontol Riko sudah sangat kuyup.
Sesekali Gue berhenti sessat untuk menelan
ludahku.

Tiba-tiba Donny berteriak dari belakang, “Gue
mau keluar nih, Tante. Keluarin di memok
atau mau diisep, nih?”.

Ah, betapa nikmatnya bisa meminum air mani
anak-anak ini. Mendengar teriakan Donny yang
nampak sudah kebelet mau muncratkan
spermanya,
Gue buru-buru lepaskan kontol Riko dari
mulutku. Gue bergerak dengan cepat jongkok
sambil mengangakan mulutku tepat di ujung
kontol Donny yang kini penuh giat tangannya
mengocok-ocok kontolnya untuk mendorong
agar air maninya cepat keluar.

Kudengar mulutnya terus meracau, “Minum air
maniku, ya, Tante, minum ya, minum, nih,
Tante, minum ya, makan spermGue ya, Tante,
makan ya, enak nih, Tante, enak nih air
maniku, Tante, makan ya..”.

Air mani Donny muncrat-muncrat ke wajahku,
ke mulutku, ke rambutku. Sebagian lain
nampak mengalir di batang dan tangannya.
Yang masuk mulutku langsung Gue kenyam-
kenyam dan kutelan. Yang meleleh di batang
dan tanganannya kujilati kemudian kuminum
pula.

Kemudian dengan jari-jarinya Donny mengorek
yang muncrat ke wajahku kemudian
disodorkannya ke mulutku yang langsung
kulumati jari-jarinya itu. Ternyata saat Riko
menyaksikan apa yang dikerjakan Donny dia
nggak mampu menahan diri untuk mengocok-
ocok juga kontolnya.

Dan beberapa saat sesudah kontol Donny
menyemprotkan air maninya, menyusul kontol
Riko memuntahkan banyak spermanya ke
mulutku.
Gue menerima semuanya seolah-olah ini hari
pesta ulang tahunku. Gue merasakan rasa
yang berbeda, sperma Donny serasa madu
manisnya, sementara sperma Riko sangat
gurih seperti air kelapa muda.

Dasar anak muda, nafsu mereka tak pernah
bisa dipuaskan. Belum sempat Gue istirahat
mereka mengajak Gue ke ranjang
pengantinku. Mereka nggak mau tahu kalau
Gue masih mengagungkan ranjang
pengantinku yang hanya Oke saja yang boleh
ngentot Gue di atasnya. Setengahnya mereka
menggelandang Gue memaksa menuju
kamarku.

Gue ditelentangkannya ke kasur dengan
pantatku berada di pinggiran ranjang. Riko
menjemput satu tungkai kakiku yang dia
angkatnya hingga nempel ke bahunya.
Dia tusukan kontolnya yang tidak surut
ngacengnya sesudah sedemikian banyak
menyemprotkan sperma untuk menyesaki
memekku, kemudian dia pompa kemaluanku
dengan cepat kesamping kanan, kiri, ke atas,
ke bawah dengan penuh irama.

Gue merasakan ujungnya menyentuh dinding
rahimku dan Gue langsung menggelinjang
dahsyat. Pantatku naik turun menjemput
tusukan-tusukan kontol legit si Riko.
Sementara itu Donny menarik tubuhku agar
kepalGue bisa menciumi dan mengisap
kontolnya. Kami bertiga kembali mengarungi
samudra nikmatnya birahi yang nikmatnya tak
terperi.

Hidungku menikmati banget aroma yang
menyebar dari selangkangan Donny. Jilatan
lidah dan kuluman bibirku liar melata ke
seluruh kemaluan Donny.

Kemudian untuk memenuhi kehausanku yang
amat sangat, paha Donny kuraih ke atas
ranjang sehingga satu kakinya menginjak ke
kasur dan membuat posisi pantatnya
menduduki wajahku. Dengan mudah tangan
Donny meraih dan meremasi susu-susu dan
pentilku.
Sementara hidungku setengah terbenam ke
celah pantatnya dan bibirku tepat di bawah
akar pangkal kontolnya yang keras
menggembung.

Gue menggosok-gosokkan keseluruhan
wajahku ke celah bokongnya itu sambil
tangan kananku ke atas untuk ngocok kontol
Donny. Duh, Gue kini tenggelam dalam aroma
nikmat yang tak terhingga. Gue menjadi
kesetanan menjilati celah pantat Donny.

Aroma yang menusuk dari pantatnya semakin
membuat Gue liar tak terkendali. Sementara
di bawah sana Riko yang rupanya melihat
bagaimana Gue begitu liar menjilati pantat
Donny langsung dengan buasnya menggenjot
nonokku. Dia memperdengarkan racauan
nikmatnya,

“Tante, nonokmu enak, Tante, nonokmu Gue
entot, Tante, nonokmu Gue entot, ya, enak,
nggak, heh?, Enak ya, kontolku, enak Tante,
kontolku?”. Gue juga membalas erangan,
desahan dan rintihan nikmat yang sangat
dahsyat. Dan ada yang rasa yang demikian
exciting merambat dari dalam kemaluanku.

Gue tahu orgasmeku sedang menuju ke
ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku
semakin menggila, semakin cepat dan keluar
dari keteraturan. Kocokkan tanganku pada
kontol Donny semakin kencang. Naik-naik
pantatku menjemputi kontol Riko semakin
cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat.

Dan teriakanku yang rasanya membahana
dalam kamar pengantinku tak mampu
kutahan, meledak menyertai bobolnya
pertahanan kemaluanku. Cairan birahiku
tumpah ruah membasah dab membusa
mengikuti batang kontol yang masih semakin
kencang menusukki nonokku.

Dan Gue memang tahu bahwa Riko juga
hendak melepas spermanya yang kemudian
dengan rintihan nikmatnya akhirnya menyusul
sedetik sesudah cairan birahiku tertumpah.
Kakiku yang sejak tadi telah berada dalam
pelukannya disedoti dan gigitinya hingga
meninggalkan cupang-cupang kemerahan.

Sementara Donny yang sedang menggapai
menuju puncak pula, meracau agar Gue
mempercepat kocokkan kontolnya sambil
tangannya keras-keras meremasi buah dadaku
hingga Gue merasakan pedihnya. Dan saat
puncaknya itu akhirnya datang, dia lepaskan
genggaman tanganku untuk dia kocok sendiri
kontolnya dengan kecepatan tinggi hingga
spermanya muncrat semburat tumpah ke
tubuhku.

Gue yang tetap penasaran, meraih batang
yang berkedut-kedut itu untuk kukenyoti,
mulutku mengisap-isap cairan maninya hingga
akhirnya segalanya reda. Jari-jari tanganku
mencoleki sperma yang tercecer di tubuhku
untuk Gue jilat dan isap guna mengurangi
dahaga birahiku.

Sore harinya, walaupun Gue belum sempat
merasakan getuk kirimannya yang kini berada
dalam lemari esku dengan penuh semangat
dan terima kasih Gue menelepon Olla.

“Wah, terima kasih banget atas kirimannya,
ya. Karena sudah lama Gue tidak
merasakannya, huh, nikmat banget rasanya.
Ada gurihnya, ada manisnya, ada legitnya”,
kataku sambil selintas mengingat kenikmatan
yang Gue raih dari Riko anaknya dan Donny
temannya.

Olla tertawa senang sambil menjawab,
“Nyindir, ya. Memangnya kerajinan tanduk dari
Pucang (sebuah desa di utara Magelang yang
menjadi pusat kerajinan dari tanduk kerbau)
itu serasa getuk kesukaanmu itu.

N’tar deh kalau Gue pulang lagi, kubawakan
sekeranjang getukmu”.
Gue tersedak dan terbatuk-batuk. Mati Gue,
demikian pikirku. Ternyata bingkisan dalam
kulkas itu bukan getuk kesukaanku.





#ABG BISPAK TELANJANG
#BOKEP INDONESIA #CERITA
DEWASA #CERITA MESUM
#CERITA NGENTOT JANDA
#CERITA NGENTOT PEMBANTU
#CERITA NGENTOT PERAWAN
#CERITA PANAS #CERITA
PEMERKOSAAN #CERITA SEKS
INDONESIA #CERITA SEKS
SEDARAH #CERITA SELINGKUH
#CERITA SEX #CERITA SKANDAL
#CERITA TANTE GIRANG #CEWEK
TELANJANG #FOTO BUGIL
#MEMEK PERAWAN #TANTE
GIRANG #TOKET GEDE MULUS |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar